Selasa (7/12) Perjalanan kami tidak terhenti di
desa Pungukrejo, kami sempat berkeliling melewati jalanan pedesaan. Beberapa
warga terlihat melakukan aktivitas harian seperti sediakala, bertani, merumput
dan memberi pakan ikan di kolam. Jarak desa itu sekitar 5KM dari merapi.
Pukul 12 siang hujan mulai menguyur, sesekali
terdengar petir. Kami memutuskan untuk berteduh sembari makan siang. Hujan tak
kunjung reda, pukul 2 siang kami melanjutkan perjalanan, tujuan kami desa
Glagahmalang Cangkringan. Jalanan mulai ditutup oleh polisi, ancaman lahar
dingin membuat polisi mengambil keputusan itu. Kami berhasil menyusup, namun
setibanya di hulu Kali Gendol kami terhenti, arus air sangat kencang, terlihat
batu batuan yang menghalangi jalan. Akses menuju desa Glagahmalang tertutup,
kami menjumpai beberapa warga ”kalau ga hujan bisa lewat sini, tapi karena
hujan kali ini berbahaya harus muter lewat jambon dekat Klaten” keterangan
mereka membuat kami berhenti dititik itu.
Glagahmalang
merupakan desa yang tertimbun pasir paling tinggi, banyak rumah yang tertimbun. Aliran
air yang deras, menghayutkan pasir sehingga beberapa bangkai sapi
bermunculan, kondisinya sangat parah dan berbau busuk, lalat hijau membawa penyakitpun berterbangan. Glondongan kayu malang melintang dan
akses jalan tertutup pasir tebal. Saat kami berkoordinasi dengan penduduk
lokal, diceritakannya “kami swadaya membersihakan kampung namun kami kekurangan
beberapa barang.”
Kebutuhan
tersebut adalah BBM, oli bekas dan ban bekas untuk membakar bangkai sapi
alasannya hujan yang terus mengguyur menyebabkan kayu basah dan susah dibakar,
oli bekas dirasa cukup murah dan mampu menyalakan api sementara ban bakas mampu
memelihara bara api diharapkan bangkai sapi cepat terbakar sehingga bau maupun
penyakit yang ditimbulkan segera hilang. Bangkai sapi sudah tidak berbentuk,
dan tidak dapat dikubur karena akan terus hanyut, bahkan upaya warga untuk
mengubur terhenti ketikan dari kedalaman 1 meter pasir masih mengeluarkan asap
dengan bau belerang yang menyengat. Alat lain yang dibutuhkan berupa sekop,
cangkul, gergaji dan sarung tangan perlengakap ini digunakan sebagai alat untuk
membuka akses jalan dan memotong kayu kayu yang malang melintang. Jas hujan dan air mineral
dibutuhkan juga dibutuhkan relawan, sementara ini yang berada di desa tersebut
hanya relawan lokal dan penduduk setempat.
Dengan uraian ini, kami berharap rekan rekan lain
untuk bekerjasama dan bahu membahu menolong saudara saudara kita (*erz)
No comments:
Post a Comment