Thursday, December 9, 2010

S.O.S Glagahmalang Cangkringan


Selasa (7/12) Perjalanan kami tidak terhenti di desa Pungukrejo, kami sempat berkeliling melewati jalanan pedesaan. Beberapa warga terlihat melakukan aktivitas harian seperti sediakala, bertani, merumput dan memberi pakan ikan di kolam. Jarak desa itu sekitar 5KM dari merapi.

Pukul 12 siang hujan mulai menguyur, sesekali terdengar petir. Kami memutuskan untuk berteduh sembari makan siang. Hujan tak kunjung reda, pukul 2 siang kami melanjutkan perjalanan, tujuan kami desa Glagahmalang Cangkringan. Jalanan mulai ditutup oleh polisi, ancaman lahar dingin membuat polisi mengambil keputusan itu. Kami berhasil menyusup, namun setibanya di hulu Kali Gendol kami terhenti, arus air sangat kencang, terlihat batu batuan yang menghalangi jalan. Akses menuju desa Glagahmalang tertutup, kami menjumpai beberapa warga ”kalau ga hujan bisa lewat sini, tapi karena hujan kali ini berbahaya harus muter lewat jambon dekat Klaten” keterangan mereka membuat kami berhenti dititik itu.

Glagahmalang merupakan desa yang tertimbun pasir paling tinggi, banyak rumah yang tertimbun. Aliran air yang deras, menghayutkan pasir  sehingga beberapa bangkai sapi bermunculan, kondisinya sangat parah dan berbau busuk, lalat hijau membawa penyakitpun berterbangan. Glondongan kayu malang melintang dan akses jalan tertutup pasir tebal. Saat kami berkoordinasi dengan penduduk lokal, diceritakannya “kami swadaya membersihakan kampung namun kami kekurangan beberapa barang.”

Kebutuhan tersebut adalah BBM, oli bekas dan ban bekas untuk membakar bangkai sapi alasannya hujan yang terus mengguyur menyebabkan kayu basah dan susah dibakar, oli bekas dirasa cukup murah dan mampu menyalakan api sementara ban bakas mampu memelihara bara api diharapkan bangkai sapi cepat terbakar sehingga bau maupun penyakit yang ditimbulkan segera hilang. Bangkai sapi sudah tidak berbentuk, dan tidak dapat dikubur karena akan terus hanyut, bahkan upaya warga untuk mengubur terhenti ketikan dari kedalaman 1 meter pasir masih mengeluarkan asap dengan bau belerang yang menyengat. Alat lain yang dibutuhkan berupa sekop, cangkul, gergaji dan sarung tangan perlengakap ini digunakan sebagai alat untuk membuka akses jalan dan memotong kayu kayu yang malang melintang. Jas hujan dan air mineral dibutuhkan juga dibutuhkan relawan, sementara ini yang berada di desa tersebut hanya relawan lokal dan penduduk setempat.
Dengan uraian ini, kami berharap rekan rekan lain untuk bekerjasama dan bahu membahu menolong saudara saudara kita (*erz)

No comments:

Post a Comment