Friday, November 12, 2010

CERITA PERJALANAN KAMI SEMALAM

Hoooaaaammm..zzztzzzt (*__*) masih pagi, mata kami masih sembam kurang tidur. Dan begini ceritanya…Matahari sudah kembali keperaduannya, kami masih saja berkeliling mencari jalan menuju titik posko yang ingin kami tuju.

Kali ini tujuan kami, ke Kopeng Jawa Tengah daerah ini terletak 16 KM dari Merapi memakan waktu sekitar 3,5 jam perjalanan dari Yogyakarta. Perjalanan memasukan kawasan hutan yang gelap gulita, kondisi jalanan
sangat terjal, bergelombang, dan licin. Daerah ini sangat asing bagi kami, kami hanya berbekal peta gundul dari seorang teman dan contact person seorang relawan di posko tersebut.






Akses ke lokasi sangat rawan “garong” kondisi jalan yang sepi dan gelap sempat menciutkan nyali kami. Titik posko berada 20 KM dari kota Magelang, berdasarkan informasi yang kami terima titik ini jarang menerima logistik, dikarenakan sulit dijangkau.

Setelah berjibaku dengan kegelapan jalanan, kami tiba di kantor Balai Desa Ngablak. Suhu disana antara 16 -19 derajat celcius, keadaan ini diluar dugaan kami sehingga beberapa rekan sangat kedinginan. Di gedung ini terdapat 50 KK yang tertidur dalam satu ruangan hanya beralaskan tikar yang tipis. Spontan saja, logistik baju “eksklusif” kami diterima dengan antusias oleh warga.






Pendekatan emosional mulai kami lakukan, hanya dengan bertegur sapa, mendengarkan cerita dan keluh kesah mereka. Alunan cerita dan keterbukaan mereka menambah suasana malam itu semakin syahdu. Banyak cerita yang kami dengar, udara dingin menjadi momok bagi mereka meskipun mereka berasal dari daerah yang tinggi juga yakni Sawangan, Selo,Cangkringan,Pakem dan Krakah. Dari cerita mereka, kami memperoleh fakta yang cukup menggembirakan dikatakan seorang warga “anak anak ingin sekali sekolah, tapi malu karena ga punya seragam, jadi gurunya yang dating kesini”. Fakta ini sekaligus menjadi masukan bagi kami untuk berusaha menyediakan seragam sekolah dan keperluan sekolah yang lain. Setidaknya terdapat 26 anak usia sekolah yang ,embutuhkan perlengkapan sekolah, 4 ibu hamil, 6 orang lansia yang membutuhkan perhatian lebih dan 28 bayi yang membutuhkan sarung tangan bayi.Tidak kurang dari 600 orang membutuhakn perhatian untuk mengurangi trauma akibat bencana yang menerpa mereka.

Selama kami disana, lalat terus saja berterbangan hmmm lumayan banyak kemudian seorang warga mengutarakan “iya mas, disini lalatnya banyak banget, nyamuk malah ga ada”. Di kecamatan Ngablak memiliki dua posko, satu dib alai desa dan satunya tinggal di rumah rumah warga sebanyak 70KK. Warga setempat, mengupayakan hiburan bagi para pengungsi dengan menyediakan proyektor dibalai desa dengan alunan musik campursari.



Kami, menyadari beberapa hal yang terlewatkan yakni nasib warga sekitar dan relawan yang menjaga posko tersebut. Warga yang tidak terkena dampak langsung dari keganasan “wedhus gembel” merapi juga membutuhkan perhatian. Meskipun rumah mereka tidak rusak parah, namun roda perekonomian mereka juga ikut mati. Kegiatan perdagangan nyaris berhenti total, mereka juga kesulitan memperoleh bahan pangan sementara akses menuju kota cukup jauh. Seorang relawan swadaya yang menunggu posko, juga membutuhkan perhatian seperti obat-obatan, baju hangat dan tentu saja suplemen.






Perjalanan kami semalam, mengantongi banyak cerita dan kesimpulannya “kami akan datang lagi, untuk merespon hasil obrolan kami dan tentu saja sekedar menyapa dan berinteraksi dengan mereka”. Pukul 23.00 WIB kami berpamitan pulang, jalanan lebih lengang dan sangat sepi,lewat tengah malam kami baru tiba di posko. Dan kami masih punya cerita tentang perjalan kembali kesana…(*erz)

No comments:

Post a Comment